By Team content
Kepemimpinan 360 derajat saat ini memang sedang trend. Banyak para pemimpin, baik di instansi swasta maupun non-swasta yang menuntut para pemimpinnya memberlakukan sistem kepemimpinan 360 derajat.
Padahal, kepemimpinan 360 derajat bukan hal mudah. Banyak kendala, khususnya bagi pelaku, dalam menjalankannya. Salah satunya sulitnya membagi dengan seimbang perhatiannya pada atasan, teman selevel, maupun bawahannya. Pemimpin yang bisa melakoni 360 derajat masih sangat sedikit. Hanya bisa dihitung dengan jari, walaupun sistem ini mulai dijalankan di sector bisnis.
Definisi Kepemimpinan 360 Derajat
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kepemimpinan 360 derajat? Kepemimpinan 360 derajat sama artinya dengan seseorang yang bisa seimbang dalam menjalankan tugasnya dengan pimpinan, teman selevel, maupun bawahannya.
Hal tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut. Misalnya saja si A menduduki posisi sebagai manager. Si A harus memiliki hubungan baik dengan Kepala Managernya.
Dia harus bersikap mendukung dan membuktikan dirinya setia dengan sang kepala Manager. Selain itu, Si A juga harus tahu bagaimana cara menposisikan dirinya di depan Kepala Manager.
Selain bisa mendukung dan membuktikan kerjanya yangbagus di hadapan Kepala Manager, Si A juga harus bisa diajak kerja sama oleh teman selevelnya (sesame manager).
Jika perlu ada tindakan saling membantu jika kesulitan. Selain itu, jangan pernah tunjukkan sikap berkhianat atau saling menusuk dari belakang. Sebaliknya, Si A harus memberikan dukungan dan semangat kerja sebagai seorang rekan yang professional.
Selanjutnya, tidak hanya pada Kelapa Manager dan sesame manager saja Si A harus bisa bekerja dengan baik, namun juga dengan bawahannya.
Si A harus berperan sebagai pengawas, sekaligus memotivasi bawahannya agar bisa semangat dalam menjalankan tugas. Caranya pun beragam, mulai dengan mengapreasi hasil kerjanya yang sedikit, namun jangan sampai diremehkan.
Tujuan dari sistem kepemimpinan 360 derajat adalah agar bisa mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi kerja di atasan, teman selevel, maupun bawahan.
Memang dibutuhkan kesabaran serta kecerdasan yang luar biasanya untuk bisa menguasai sistem ini. Hubungan kerja di semua level harus seimbang.
Dewasa ini, kepemimpinan 360 derajat sudah banyak dilakukan di sector bisnis. Penilaian terhadap kinerja karyawan biasanya sudah melibatkan atasan, teman selevel, dan bawahan. Tujuannya agar bisa menciptakan SDM yang bisa memiliki nilai-nilai kepemimpinan 360 derajat.
Keuntungan Mengaplikasikan Kepemimpinan 360 Derajat
Ternyata kepemimpinan 360 derajat ini dinilai masih cukup layak dijalankan, khususnya untuk sector bisnis.
Mereka sadar bahwa tidak hanya atasan saja yang mesti mendapat perlakuan baik, namun juga bawahan. Jadi sistem kepemimpinan ini cukup memberikan apresiasi yang baik bagi bawahan.
Tidak aka nada lagi atasan yang sewenang-wenang. Mereka bisa bekerja sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai pegawai. Selain itu, atasan juga bisa menguasai wilayah kerjanya.
Dekat dengan bawahan bisa menjadikan pemimpin lebih tahu kondisi di lapangan seperti apa. Selain itu, dia juga bisa mencarikan solusi jika ada masalah yang terjadi dengan pekerjaan bawahan.
Selain itu, hubungan dengan teman selevel pun menjadi lebih baik. Bukan saling menusuk, namun saling mendukung. Jadi persaingan yang timbul antar teman selevel inipun lebih sportif.
Keuntungan lain, pemimpin yang menerapkan sistem 360 derajat juga bisa belajar dari atasannya. Hal ini karena Anda bisa dekat dengan atasan. Akan banyak ilmu yang bisa ditimba dari mereka.
Apakah Indonesia Harus Menerapkannya?
Jika pertanyaan selanjutnya adalah apakah Indonesia menerapkannya? Maka jawabannya patut dicoba. Hal ini supaya para pejabat Negara bisa tahu kondisi masyarakat yang diurusnya.
Jika kepemimpinan 360 deraat dilakukan, maka akan lebih banyak pejabat yang bisa menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Jika ada keluhan atau masalah di bawah, pejabat bisa langsung tahu dan menindaklanjuti masalah tersebut.
Apalagi, permasalahan yang terjadi selama ini adalah rasa tidak percaya rakyat pada pejabat Negara. Jadi dengan diberlakukannya sistem ini, bisa memperbaiki hubungan tersebut. Hal ini juga akan menuntut pejabat Negara untuk menguasai teori dan praktik di lapangan.
Selanjutnya, hubungan para pejabat ini pun akan lebih rukun. Pasalnya, dalam kepemimpinan 360 derajat, persaingan dilakukan secara sportif dan professional.