By Team content
Kepemimpinan partisipatif adalah pola kepemimpinan dimana sang atasan akan melibatkan seluruh bawahan yang dimilikinya dalam menjalankan suatu tugas atau pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah tertentu.
Dalam sebuah perusahaan baik swasta ataupun pemerintah kepemimpinan partisipatif akan sangat membantu dalam hal menciptakan keharmonisan dan komunikasi dua arah yang sejalan antara atasan dan bawahan.
Hal ini karena atasan mampu bertindak sebagai perantara sekaligus pemberi solusi akhir dari berbagai permasalahan yang terjadi selama kepemimpinan partisipatif ini diberlakukan.
Namun demikian tetap ada beberapa hal yang harus diketahui oleh pimpinan ketika hendak menerapkan pola kepemimpinan partisipatif dalam lingkungan kerja anda.
Tingkat kematangan emosi seseorang
Perusahaan yang merupakan tempat berkumpulnya orang dengan berbagai latar belakang dan karakter tentunya merupakan tempat yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan masing-masing individu dalam mengolah kematangan emosi yang dimilikinya.
Ketika seorang atasan menerapkan pola kepemimpinan partisipatif, jika anda ada dalam posisi sebagai bawahan yang memiliki tingkat kematangan tinggi tentunya anda ingin menunjukkan bahwa anda juga ingin terlibat dalam semua kebijakan yang diterapkan oleh atasan anda.
Namun bagaimana dengan para bawahan yang hanya ingin langsung ikut serta. Tingkat kematangan berbeda yang tidak terfasilitasi dengan baik dapat menjadi masalah ketika seorang bawahan mendapat keputusan yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginannya.
Jika sudah demikian, kematangan emosional dari atasan juga diperlukan sebagai fasilitator dan eksekutor tunggal dari keputusan yang dibuat bersama.
Tujuan keputusan yang dibuat
Kepemimpinan partisipatif yang berhubungan dengan pengambilan keputusan secara demokratis akan lebih baik jika disesuaikan dengan tujuan dari dibuatnya sebuah keputusan. Terkait pula dengan bagaimana pelaksanaan sebuah keputusan dan bagaimana efeknya.
Seorang atasan yang baik hendaknya memperhitungkan dampak positif dan negatif yang dibuat menggunakan polakepemimpinan partisipatif, sehingga mereka dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi di kemudian hari.
Sebagai contoh kasus ada beberapa orang yang selalu terlambat datang masuk kerja dan menghambat efektivitas kerja orang-orang dalam timnya dan ketika sang atasan mengetahui permasalahan ini, dia langsung mengupayakan pertemuan di divisinya untuk membahas peraturan keterlambatan pekerja.
Sebagai hasilnya orang yang terlambat masuk kerja akan didenda dengan sistem potong gaji sesuai menit keterlambatannya. Keputusan yang diambil bersifat wajib dan mengikat pada seluruh pegawai.
Ketika ada kasus tersebut, akan ada orang yang langsung setuju dan menerima keputusan yang ditetapkan dan ada yang tidak ingin mengikutinya.
Hal tersebut umumnya normal dan sudah menjadi kewajiban atasan untuk mendengar seluruh alasan yang dikemukakan bawahannya sebelum kemudian membantu memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Motivasi yang diberikan melalui pola kepemimpinan
Kepemimpinan partisipatif yang dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen dalam sebuah perusahaan baik atasan maupun bawahan juga akan membantu timbulnya motivasi dalam individu seseorang untuk maju.
Ketika dalam sebuah perusahaan semua orang dilibatkan untuk membuat keputusan atau mencurahkan ide kreativitas yang dimiliki, antara orang yang satu dengan orang yang lainnya secara otomatis akan terpacu daya kreativitas dan inovasinya untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Seorang bawahan akan dipacu untuk meningkatkan kepercayaan diri yang dimilikinya untuk lebih berani mengemukaakan pendapatnya demi kelancaran dan efektivitas pekerjaan yang dijalankan.
Sang atasan yang pandai memberikan motivasi terarah pada pegawainya juga akan mendapat manfaat berupa peningkatan efektivitas kerja bawahannya sehingga hasil atau target produksi yang diinginkan tercapai sempurna.
Bawahan adalah aset atasan
Kepemimpinan partisipatif memerlukan konsep yang benar dan mendukung pelaksanaannya dalam usaha meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
Diperlukan pemahaman konsep pendukung bahwa setiap bawahan adalah aset atau kekayaan berharga bagi atasannya. Seorang atasan tentu tidak akan mampu menjalankan seluruh infrastruktur di bawahnya jika tidak didukung penuh dengan kemampuan dan kesetiaan dari bawahan untuk melaksanakan serta menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya.
Seorang atasan yang baik wajib menekankan pada dirinya sendiri agar mampu menjadi contoh, fasilitator, dan eksekutor yang segala keputusannya akan langsung dilaksanakan oleh bawahan sesuai dengan bidang yang mereka kuasai.
Semoga informasi diatas akan semakin menambah pengetahuan anda tentang kepemimpinan partisipatif.